18 Desember 2008

WOMAN GRANDMASTER (WGM) PERTAMA INDONESIA : IRINE KHARISMA SUKANDAR (2/2)


(Lanjutan siaran pers Humas PB PERCASI Kristianus Liem tertanggal 17 Desember 2008 dari Kuala Lumpur Malaysia)
“Akhirnya Irene Kharisma Sukandar Grandmaster Wanita Pertama Indonesia!”

TOTAL PERFORMANCE RATING
Kapten tim putri Indonesia saat Olimpiade Dresden 2008 FM Sebastian Simanjuntak ketika dihubungi menyebutkan rating rata-rata lawan Irene masih kurang tujuh poin dari persyaratan minimal. “Tapi ketika saya tanyakan ke Leong, beliau bilang biarlah itu tanggung jawab para wasit yang menghitung. Yang penting tanda tangan dan stempelnya asli!” tutur Sebastian yang juga main pada Singapore Open maupun Kuala Lumpur Open.

“Sebagai wasit ketua Olimpiade Catur Dresden, tugas saya menandatangani seluruh sertifikat norma gelar yang disodorkan seluruh tim wasit yang bertugas di sana. Saya tidak merasa perlu mengecek ulang penghitungan maupun aturan mana yang mereka pergunakan. Saya percaya mereka semua memang sudah memiliki kualifikasi untuk itu,” jelas Ignatius Leong yang juga Sekjen FIDE ketika dihubungi.

WOMAN GRANDMASTER (WGM) PERTAMA INDONESIA : IRINE KHARISMA SUKANDAR (1/2)


(Siaran pers Humas PB PERCASI Kristianus Liem tertanggal 17 Desember 2008 dari Kuala Lumpur Malaysia)
“Akhirnya Irene Kharisma Sukandar Grandmaster Wanita Pertama Indonesia!”
Akhirnya kabar gembira itu tiba juga, Irene Kharisma Sukandar dipastikan menyandang gelar GMW (Grandmaster Wanita) setelah norma GMW ketiganya diumumkan telah diraih pada Olimpiade Dresden, Jerman, bulan November 2008 kemarin. Kepastian Irene meraih norma GMW ketiganya diketahui setelah Presiden Confederasi Catur ASEAN Ignatius Leong dari Singapura memberikan sertifikat norma GMW ketiga tersebut saat Irene tengah bertanding di Singapore Open, 9-14 Desember 2008.

06 Desember 2008

FINAL GRAND PRIX SCUA 2008 : DWITARUNG BINTANG CATUR JUNIOR PUTRI INDONESIA (2/2)

KALAU ada pemirsa yang belum tahu nama WCM/MNW Chelsie Monica Sihite dari Provinsi Kaltim dan WCM/MPW Medina Warda Aulia dari Provinsi DKI Jakarta, kebangetan (untung Tukul lagi sibuk menyiapkan acara barunya, kalau tidak dia akan senang memanas-manasi: Pemirsa katrok! Wong ndeso!)

Pada 4th World School Chess Championship 2008 yang berlangsung tanggal 22-30 Juli 2008 di Singapura, Chelsie Monica Sihite meraih medali emas di kelompok umur (KU) 13 tahun putri dan Medina Warda Aulia meraih medali emas di kelompok umur (KU) 11 tahun putri (ada cerita duka yang berujung bahagia mewarnai pencapaian prestasi ini beberapa bulan yang lalu). Prestasi keduanya berlanjut di ajang Kejurnas Catur Junior 2008 di Bandung Jawa Barat tanggal 11-15 Agustus 2008, Chelsie Monica Sihite meraih medali emas KU 14 tahun putri untuk Kaltim dan Medina Warda Aulia meraih medali emas KU 12 tahun putri untuk DKI Jaya. Sungguh membanggakan! Maka tidak salah bila para petinggi Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) mempertemukan keduanya dalam sebuah dwitarung sebanyak 6 babak, bukan untuk membuktikan siapa diantara keduanya yang terbaik – karena keduanya sudah membuktikan prestasi masing-masing di kelompok usianya – tetapi terlebih untuk melihat gaya permainan mereka saat mengendalikan buah-buah catur...

02 Desember 2008

FINAL GRAND PRIX SCUA 2008 : PERTARUNGAN PARA JUARA JUNIOR INDONESIA (1/2)


SEBUAH event baru yang sepertinya perlu dicermati terlahir dari gagasan para petinggi Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) Pusat untuk memacu motivasi para pecatur junior Indonesia – atau lebih tepatnya lagi: untuk menguji kemampuan para juara Kejurnas Catur Junior 2008 KU-18 kebawah – bahwa predikat juara bukanlah akhir dari pencapaian prestasi. Prestasi yang telah dicapai seyogyanya terus dipertahankan dan ditingkatkan tanpa mengenal lelah! Sudah banyak terjadi, para juara junior Indonesia ketika beranjak semakin dewasa usianya, malah merosot prestasinya...

Acara yang menarik perhatian para pecatur junior ini “nyelonong” masuk di saat kita sedang memfokus berita puncak Olimpiade Catur ke-38/2008 di Dresden Jerman. Memang ini sebuah ajang yang bagus untuk pembinaan dan pengembangan bibit-bibit pecatur unggul Indonesia, namun terkesan sangat mendadak. Untuk kedepannya panitia pelaksana hendaknya mempertimbangkan juga “timing”, karena di beberapa sekolah saat-saat ini tengah/hendak dilaksanakan ulangan umum/mid-test.